Selasa, 09 November 2010

sekolah kondusif

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG KONDUSIF
Keberhasilan menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk pembudayaan budi pekerti, faktor-faktor dominan yang perlu ditumbuh-kembangkan pembinaannya antara lain mengenai hal-hal berikut:
1. Keimanan
Keimanan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Keimanan ini perlu dibina dan ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan agama masing-masing. Dengan keimanan diharapkan setiap peserta didik dapat membina dirinya menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.
2. Ketaqwaan
Ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak dini kepada siswa masuk sekolah melalui berbagi kegiatan, karena pada dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh ketaqwaannya. Ketaqwaan merupakan cerminan dari nilai keimanan berupa perilaku yang terwujud dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya.
3. Kejujuran
Dalam berbagai hal, sikap dan perilaku tidak berbohong, tidak curang, berani dan rela berkorban demi kebenaran serta mengakui kesalahan, tindakan ini harus diwujudkan dan ditumbuhkembangkan sehingga menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri maupun dengan orang lain. Kejujuran menjadi sikap dan perilaku yang tegas yang harus dilaksanakann.
4. Keteladanan
Keteladanan merupakan salah satu kunci dalam pembudayaan budi pekerti. Kepala sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru. Guru dapat memberikan keteladanan kepada para siswanya, demikian pula kakak kelas kepada adik kelasnya. Keteladanan jauh lebih penting dari pada memberikan pelajaran secara verbal, karena keteladanan adalah memberikan contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata.
5. Suasana Demokratis
Suasana demokratis yang dimaksud adalah menghargai hak hak orang lain dalam menyampaikan pendapat, saran, berekspresi, berkreasi. Suasana di sekolah haruslah suasana yang menunjukkan adanya kebebasan mengeluarkan pendapat, dan menghargai perbedaan pendapat sesuai dengan sopan santun berdemokrasi. Adanya suasana demokratis di lingkungan sekolah akan memberi pengaruh pada pengembangan budi pekerti, terutama sikap saling menghargai dan saling memaafkan.
6. Kepedulian
Kepedulian terwujud antara lain dalam sikap empati dan saling menasehati, saling memberitahukan, saling mengingatkan, saling menyayangi dan saling melindungi sehingga setiap masalah dapat diatasi lebih cepat dan lebih mudah. Pembiasaan diri memiliki kepedulian di lingkungan sekolah perlu dimulai sejak dini.
7. Keterbukaan
Sistem manajemen sekolah harus bersifat transparan, artinya setiap kegiatan haruslah dilakukan secara terbuka, terutama yang berkenaan dengan masalah keuangan. Manajemen yang terbuka akan menghilangkan sikap saling curiga, berburuk sangka, dan menghilangkan fitnah. Manajemen terbuka ini hendaklah dipraktekkan oleh kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru, dan oleh para siswa.
8. Kebersamaan
Kebersamaan adalah suasana tata hubungan antar warga sekolah yang tercermin dari sikap dan perilaku seperti tolong menolong, tenggang rasa, saling menghormati, dan terbuka. Kebersamaan ini diarahkan untuk mempererat hubungan silaturahmi antara Kepala sekolah, guru, siswa dan warga sekolah lainnya sehingga terwujud suatu suasana persaudaraan dalam tata hubungan sekolah yang harmonis.
9. Keamanan
Keamanan di sini dimaksudkan sebagai rasa aman dan tenteram, bebas dari rasa takut, baik lahir maupun batin. Keamanan merupakan modal pokok untuk menciptakan suasana sekolah yang harmonis dan menyenangkan. Warga sekolah harus proaktif mengantisipasi dan mengatasi segala bentuk gangguan dari dalam dan luar lingkungan sekolah. Keamanan sekolah menjadi tanggung jawab warga sekolah, oleh karena itu yang pertama harus diciptakan ialah adanya suasana berbudi luhur dari setiap siswa. Dengan suasana yang demikian maka gangguan dari luar pun akan dapat diatasi dengan bijaksana.
10. Ketertiban
Ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan keharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan antar warga sekolah. Ketertiban antara lain harus tercermin dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, penggunaan waktu belajar mengajar, dan berhubungan dengan masyarakat sekitar. Ketertiban tidaklah tercipta dengan sendirinya melainkan harus diupayakan oleh setiap warga sekolah.
11. Kebersihan
Kebersihan adalah bagian dari iman. Suasana bersih, rapi dan menyegarkan akan memberi kesan menyenangkan bagi warga sekolah.Suasana yang demikian bukan hanya untuk waktu-waktu tertentu saja tetapi untuk seterusnya secara berkelanjutan. Kebersihan meliputi kebersihan fisik dan psikis, jasmaniah dan batiniah. Kebersihan batiniah ini sangat penting dibina antara lain ialah sikap jujur, ikhlas, jauh dari sifat dengki dan dendam.
12. Kesehatan
Kesehatan pun menyangkut aspek fisik dan psikis. Kesehatan fisik bagi warga sekolah hendaklah diupayakan dengan jalan berolah raga secara teratur, makan makanan yang bergizi. Sedangkan kesehatan psikis hendaklah dibangun dengan cara membangkitkan sikap seperti yang dikemukakan oleh WHO di atas.
13. Keindahan
Keindahan di sini dimaksudkan suasana lingkungan sekolah baik ruangan kantor, ruangan guru, perpustakaan, dan ruang kelas yang mengesankan tertata rapi, maupun halaman sekolah, kebun sekolah, taman bunga dan lainnya menimbulkan kesan menyenangkan karena ada unsur estetikanya. Keindahan di lingkungan sekolah harus diciptakan oleh warga sekolah dan dijaga agar keindahan tersebut tidak sirna. Keindahan merupakan bagian dari sifat manusia yang berbudi.Di samping keindahan ini, perlu juga diciptakan lingkungan sekolah yang rindang, ada pepohonan yang membuat lingkungan sekolah teduh, hijau dan sejuk. Suasana lingkungan yang rindang akan menciptakan iklim belajar mengajar yang lebih segar, tidak cepat melelahkan.
14. Sopan Santun
Sopan santun adalah sikap dan perilaku yang terkait dengan cara bertindak dan bertutur kata sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat.
Norma-norma dasar yang dikemukakan di atas hendaknya dapat dijadikan acuan untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam membudayakan budi pekerti di lingkungan sekolah. Penciptaan suasana yang mendukung kehidupan sekolah yang berbudi pekerti luhur sangat penting dilakukan, karena suasana sekolah akan mempengaruhi perilaku siswa.
Sebagai salah satu contoh yakni menjaga kebersihan. Dalam pembelajaran budi pekerti ditekankan betapa pentingnya menjaga kebersihan, namun dalam penerapannya di sekolah mungkin sukar dilakukan karena kamar kecil sekolah tidak tersedia cukup air sehingga ada kesulitan menyiramnya. Demikian juga peserta didik dianjurkan membuang sampah ke tempatnya, tetapi tempat sampah tidak cukup tersedia, sehingga peserta didik membuang kertas di sembarang tempat. Tentu masih ada sederet contoh lainnya yang tidak perlu dikemukakan di sini. Yang pasti, bahwa suasana yang demikian tentu tidak mendukung isi pelajaran budi pekerti yang diberikan oleh gurunya. Suasana sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan fisik sekolah tetapi juga oleh keadaan non fisik seperti perilaku guru, kepala sekolah, pegawai tatausaha, perilaku peserta didik, dan pola hubungan sosial yang terjadi.
Perlu difahami bahwa lingkungan sekolah merupakan bentuk masyarakat tersendiri, berbeda dengan masyarakat yang berada di luar lingkungan sekolah, apakah itu keluarga, kampung, atau masyarakat desa. Masyarakat lingkungan sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, dan peserta didik dengan interaksi sosial yang memiliki tujuan yang sangat jelas yakni belajar.Oleh karena itu juga masyarakat sekolah dapat dikatakan sebagai masyarakat belajar dengan penjenjangan tertentu, yang tidak ditemukan dalam masyarakat biasa. Dalam hal ini Prof S. Nasution mengatakan bahwa kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut kebudayaan sekolah ( S. Nasution, 1983 : 73 ). Berbeda dengan masyarakat biasa seperti keluarga atau masyarakat kampung yang seetnik atau sedesa pada masyarakat sekolah, proses belajar mengajar tidak pernah terhenti, kegiatan dilaksanakan dengan terencana, ada kurikulum, ada kelas, guru, murid, dan ada peraturan dan norma sekolah yang harus diikuti. Semua ini membedakan masyarakat sekolah dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian pembinaan budi pekerti di sekolah berbeda dengan yang dilakukan di lingkungan rumah tangga, di lingkungan RT atau RW. Di lingkungan RT atau RW tidak ada warga yang tinggal atau naik kelas, hal seperti itu hanya ada di lingkungan sekolah.
Kehidupan di sekolah berlangsung dalam satu pola yang sama, kegiatan berulang ulang dan diatur dengan jadwal yang ketat. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembiasaan berdisiplin seluruh warga sekolah. Suasana sekolah yang berdisiplin tinggi akan berpengaruh besar terhadap kehidupan peserta didik terutama di lingkungan sekolah. Kehidupan berdisiplin tinggi ini harus dijalani secara konsisten oleh warga sekolah sebagai salah satu modal utama pembentukan watak peserta didik. Lingkungan sekolah yang memenuhi syarat kesehatan dan fisik sebagai satu sekolah akan turut menunjang kehidupan yang berbudi para warganya. Oleh karena itu lingkungan sekolah yang sehat, keadaan fisik sekolah yang terawat baik akan memberi sumbangan yang besar terhadap suasana sekolah yang menyenangkan dan dapat menciptakan disiplin diri yang kuat. Artinya, kalau keadaan setiap ruangan, kamar atau halaman sekolah tertata rapi, akan mendorong peserta didik ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian sekolah tersebut. Ada rasa bersalah kalau tidak ikut menjaga keadaan yang sedemikian itu. Kalau keadaan ruangan atau kamar mandi misalnya tidak baik, maka peserta didik pun akan bertindak semaunya tanpa memperhatikan pentingnya menjaga kebersihan tersebut.
Suasana kehidupan di sekolah perlu dibangun bersama sama oleh warga sekolah sesuai dengan fungsi dan kedudukan masing masing. Kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru dan peserta didik dapat memberikan sumbangan pembinaan kehidupan berbudi luhur melalui sikap dan perilakunya di sekolah. Dalam hal ini kehidupan yang bermoral sangat dipentingkan. Pemahaman dan pelaksanaan nilai nilai hidup di lingkungan sekolah sebenarnya lebih mudah dipolakan dengan melibatkan seluruh warga sekolah. Prof.Dr.Winarno Surakhmad mengingatkan bahwa lingkungan di mana nilai hidup tertentu telah memasyarakat secara terpola dan terarah akan mempunyai pengaruh membentuk yang kuat (Winarno Surakhmad, 1987 : 43 ). Dalam hal ini peranan para kepala sekolah dan seluruh guru sangat kuat pengaruhnya dalam pembentukan watak para peserta didik, terutama pada jenjang pendidikan dasar , dan secara taat azas berlanjut pada jenjang sekolah menengah. Pada tingkat pendidikan dasar, paling tidak pada sekolah dasar biasanya ada warung sekolah yang menjual kue atau minuman sehat yang diperuntukkan bagi peserta didik sekolah tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan yang ada di luar. Nah warung sekolah sebagai bagian dari lingkungan sekolah perlu diperhatikan kebersihannya, cara penyajiannya, dan cara peserta didik mengambil makanan atau kue serta sikap sewaktu membayarnya.
Kesempatan untuk pembinaan sopan santun pada saat peserta didik berada di kantin sekolah seperti itu perlu diperhatikan oleh kepala sekolah. Tata krama seperti itu hendaknya dipraktekkan secara taat asas oleh seluruh warga sekolah sesuai dengan fungsi masing-masing.
ooOoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar